Buah asam gelugur. Putik, muda dan matang.
Memilih Jenis Bibit Asam Gelugur
Saat ini, ada tiga jenis bibit asam gelugur.
1.Asal dari
biji.
2.Asal dari
stek akar, dan
3.Asal dari
sambung pucuk.
Dari ketiga jenis
bibit asam gelugur (selanjutnya ditulis AG) tadi, yang terbaik adalah yang jenis
sambung pucuk. Namun sangatlah sulit mendapatkan bibit jenis ini karena
penangkar sukar mendapatkan pucuk yang akan disambungkan kepada anakan asal
biji. Pucuk yang bisa disambungkan hanyalah pucuk dari indukan betina yang baik
dan merupakan pucuk puncak atau roof top. Dalam satu pohon indukan,
paling-paling hanya akan didapat 1 atau 2 pucuk saja.
Jika pucuk
berasal dari ranting, maka sampai kapan pun arah tumbuhnya tidak akan mau ke
atas, tetapi tetap ke samping meski sudah disokong atau pun sudah di potong (cutting
top). Karena sulit membuatnya inilah, maka bibit AG asal sambung pucuk biasanya
dijual dengan harga yang mahal, antara Rp.100.000 sd. Rp.200.000/batang.
Pembeli juga harus ekstra hati-hati, mana tahu ada penjual bibit yang nakal,
membuat lalu menjual bibit AG yang pucuknya berasal dari bagian ranting. Secara
fisik ini sukar dibedakan jika bibit masih belum tumbuh besar.
Penulis
sendiri saat ini masih bereksperimen bagaimana caranya agar sambungan itu mau
tumbuh ke atas.
Ada pun
bibit AG asal stek akar, maka ia mempunyai kekurangan yang mendasar. Tanaman AG
asal stek akar memang akan betina semuanya, tetapi ia rentan terhadap angin
kencang dan kekeringan, akibat akarnya yang terbatas dan bukan akar tunggang. Selain itu,
tanaman AG jenis ini juga tidak bisa hidup terlalu lama. Menurut beberapa
pendapat yang pernah penulis dengar dari beberapa pakar AG, batas usianya hanya
sekitar 30 tahun. Kekurangan lainnya adalah tajuk pohonnya yang kecil, mirip
tajuk tanaman asal cangkokan, sehingga buahnya juga akan sedikit. Sedangkan
kelebihannya adalah ia akan lebih cepat berbuah, yakni pada umur sekitar 6
tahun. Adapun harga bibit AG jenis ini
ada di kisaran RP.50.000/batang.
Jika bibit
AG yang kita tanam berasal dari biji, maka kekurangan mendasarnya adalah
persentase kelamin jantan/banci (hermaprodite) yang cukup besar. Menurut
pengalaman dan pendapat para ahli AG, persentase jantan itu ada di kisaran 20%-40%.
Penulis
sendiri pernah dua kali mengirim bahan tanam ke sebuah laboratorium kultur
jaringan di Jakarta, meminta mereka membuatkan bibit AG asal kultur jaringan (invitro),
namun sejauh ini masih belum berhasil. Penulis memang tahu, jenis tanaman yang
sulit dicangkok, maka akan sulit pula ditumbuhkan selnya di dalam cawan petri
kultur jaringan.
Hehehe, sebelum
mengirim bahan tanam ke Jakarta, penulis pernah mencoba menumbuhkan sel
jaringan AG ini di labor milik penulis, namun hasilnya gatot alias gagal total.
Kuljar AG ku yang gagal.
Untuk
itulah, kemudian penulis memutuskan menanam AG di lahan penulis di Riau dengan
bibit asal biji, dengan sistim tanam dua kali populasi. Jarak
tanam jadinya 4x8 meter, dan nanti yang jantan akan ditebang. Jual kayunya saja. Penyebaran titik tumbuh betina tentu sulit akan teratur. Namun penulis yakin, dengan cara ini
akan didapat sebuah kebun AG yang cukup bagus. Bisa diwariskan ke anak, cucu,
cicit dst.
Ready stok
bibit AG asal biji 1.000 batang. Harga Rp.7.000/batang. Tingi 15-18 cm. Dalam
polibag kecil ukuran 12x17cm, berat 6 ons. Masih harus disalin ke polibag besar
(ukuran 25x30 cm) dan di piara dulu selama 3 bulan baru siap tanam. Selama itu,
bibit AG harus diajarkan kena panas matahari. Caranya ialah dengan menaruhnya
di bawah para-para/pelindung dari daun kelapa/kelapa sawit. Atur
agar kerapatan daun melewatkan 40% cahaya, lalu biarkan daun kelapa sawit
hancur dengan sendirinya. Daun kelapa sawit lebih direkomendasikan dari pada
daun kelapa, karena daun kelapa lebih awet sehingga kurang baik meluluskan
cahaya.
Jika
berminat, hubungi hp. 0813 7000 8997
dengan Muhammad Isnaini alias Bang Pilot. Alamat di Jalan Lintas Medan-Kisaran
km 129, depan Puskesmas Petatal, dekat SPBU Petatal-Batu Bara. Dusun III desa Petatal, kec. Talawi, Kab. Batu
Bara, Sumut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar