Sabtu, 12 September 2015

Asam Gelugur Betina Ternyata Butuh Pasangan !


Pohon asam gelugur (Garcinia Atroviridis) termasuk tumbuhan berumah dua. Artinya, tegakan betina dan jantan ada dalam pohon yang berbeda.
Sejak lama, pohon ini terkenal memiliki potensi ekonomi yang sangat tinggi. Hasil brutto per hektar pertahunnya sekitar Rp.375.000.000. Bandingkan dengan tanaman kepala sawit yang hanya akan menghasilkan uang sekitar Rp.28.000.000 dalam luasan dan tenggang waktu yang sama.
Kendala terbesar budidaya asam gelugur (AG) ini adalah sulitnya mendapatkan bibitnya. Selain itu, ketika masih di usia muda, tanaman AG juga rentan terhadap hama pemakan daun dan jamur akar.
Dalam prakteknya, AG diperbanyak melalui biji dan stek akar. Jika dari biji, kekurangannya adalah rasio beda jenis kelamin yang cukup lebar, bisa jadi antara 30%-40%-nya akan menjadi hermaprodite (banci/lebih mendekati jantan).Tanaman AG yang banci ini akan menghasilkan bunga, namun kebanyakan bunganya akan gugur dan kurang dari 4% yang bakal menjadi buah. Kalau pun menjadi buah, buahnya kecil-kecil dan mudah gugur. Bunga AG dari pohon hermaprodite sendiri mengandung polen yang sangat banyak. AG yang dikembangkan dari biji baru berbuah pada umur 7 tahun.  Keuntungan membenihkan AG dari biji adalah hal itu mudah dilakukan, persentase perkecambahan tinggi, persentase keberhasilan sampai menjadi bibit siap tanam juga lumayan bagus, di atas 50%. Tanaman akan menjadi kokoh dan kuat karena berakar tunggang, serta dapat terus hidup dan berproduksi dengan baik sampai umur ratusan tahun.
Sifat kelamin tanaman AG ini adalah kuat, artinya tidak bisa diubah dengan cara perlakuan. Beda dengan pepaya, yang bisa diubah jenis kelaminnya dengan beberapa cara; aplikasi hormon, misalnya.
Adapun kekurangan AG jika dikembangkan dari stek akar adalah jumlah yang didapat hanya sedikit, mengingat pohon induk bisa mati jika akarnya terlalu banyak yang dipotong dan diambil. Pohon yang dihasilkan juga akan mudah tumbang karena tidak memiliki akar tunggang, dan umumnya akan mati pada umur 30-35 tahun. Selain itu, jumlah buah perpohonnya juga lebih sedikit, karena postur tajuk pohon yang lebih kecil. Kelebihannya adalah, bibit yang ditanam pasti betina, mengikut sifat indukannya, dan cepat berbuah (antara 5,5-6 tahun sesudah tanam).
Mengapa bibit AG asalan biji banyak jantannya? Karena mengikuti sifat genetika kedua indukannya, yakni indukan betina yang menghasilkan putik dan indukan jantan yang menghasilkan polen. Penyerbukan umumnya terjadi lewat angin. Hanya sebagian kecil lewat serangga.

Menurut para ahli botani, tanaman keluarga Garnicia (manggis-manggisan) ini dapat menghasilkan biji betina jika diberikan perlakuan. Caranya adalah dengan membungkus bunganya yang belum mekar dengan kertas minyak (Apomixis).

Bungkusan dibiarkan sampai bunga mekar selama 2 minggu. Karena tidak terjadinya penyerbukan dari pejantan (polen), maka semua biji yang terbentuk akan menghasilkan tanaman betina. Patut dicatat bahwa tanaman AG termasuk tanaman yang dapat menghasilkan biji subur meski tidak terjadi penyerbukan.
Namun sayang, cara ini kemudian juga menjadi kurang efektif, karena bunga yang dibungkus itu banyak yang gugur. Hanya 17% yang bertahan hingga menjadi buah tua. Biji yang terbentuk juga sedikit dan kecil-kecil. Rata-rata dalam satu buah hanya terdapat 3 buah biji. Ketika dikecambahkan,  persentase perkecambahannya juga rendah. Kurang dari 20% berkecambah dalam waktu 1 bulan. Bandingkan dengan biji yang berasal dari buah tanpa perlakuan yang bisa berkecambah sebanyak 90%.
Pembungkusan bunga dan putik juga berpengaruh terhadap bobot buah. Bunga yang dibungkus tumbuh menjadi buah yang kecil-kecil hingga otomatis bobotnya menjadi ringan. Hal ini makin menguatkan dugaan adanya peran polen (tepung sari) dalam mempengaruhi dan memperbesar ukuran buah.  
Sejauh ini, percobaan dengan menggunakan senyawa buatan yang sama dengan senyawa yang terkandung di dalam polen menemui kegagalan. Bunga yang dibungkus lalu diolesi dengan ‘polen’ buatan tadi tetap tumbuh menjadi buah yang kerdil.
Adanya peran polen dalam memperbesar ukuran buah ini membuat para ahli menganjurkan agar para pekebun AG tidak menebang semua pohon AG yang hermaprodite, atau biasa disebut asam jantan. Satu pohon AG hermaprodite dapat memenuhi kebutuhan 15 pohon AG betina akan polen. Artinya, minimal harus ada 17 batang pohon asam jantan dalam satu hektar  kebun AG.
Penulis sendiri pernah menguji teori ini, dan akhirnya penulis setuju. Penulis mengamati, pohon AG betina yang tidak memiliki pendamping berupa pohon AG hermaprodite, ukuran buahnya cenderung lebih kecil dibandingkan dengan pohon AG betina yang memiliki pendamping di sekitarnya. Jumlah butir buah pohon AG betina yang ‘jablay’ juga terpantau lebih sedikit dan rentan gugur selagi masih putik.
Terbukti, asam gelugur saja butuh pasangan. Kalau Anda masih single, ya mikir! Keh keh keh .....