Pohon asam gelugur (Garcinia Atroviridis) termasuk tumbuhan
berumah dua. Artinya, tegakan betina dan jantan ada dalam pohon yang
berbeda.
Sejak lama, pohon ini terkenal memiliki potensi ekonomi yang
sangat tinggi. Hasil brutto per hektar pertahunnya sekitar Rp.375.000.000.
Bandingkan dengan tanaman kepala sawit yang hanya akan menghasilkan uang
sekitar Rp.28.000.000 dalam luasan dan tenggang waktu yang sama.
Kendala terbesar budidaya asam gelugur (AG) ini adalah
sulitnya mendapatkan bibitnya. Selain itu, ketika masih di usia muda, tanaman
AG juga rentan terhadap hama pemakan daun dan jamur akar.
Dalam prakteknya, AG diperbanyak melalui biji dan stek akar.
Jika dari biji, kekurangannya adalah rasio beda jenis kelamin yang cukup lebar,
bisa jadi antara 30%-40%-nya akan menjadi hermaprodite (banci/lebih mendekati jantan).Tanaman AG yang banci ini
akan menghasilkan bunga, namun kebanyakan bunganya akan gugur dan kurang dari
4% yang bakal menjadi buah. Kalau pun menjadi buah, buahnya kecil-kecil dan
mudah gugur. Bunga AG dari pohon hermaprodite sendiri mengandung polen yang sangat
banyak. AG yang dikembangkan dari biji baru berbuah pada umur 7 tahun. Keuntungan membenihkan AG dari biji adalah hal
itu mudah dilakukan, persentase perkecambahan tinggi, persentase keberhasilan
sampai menjadi bibit siap tanam juga lumayan bagus, di atas 50%. Tanaman akan
menjadi kokoh dan kuat karena berakar tunggang, serta dapat terus hidup dan
berproduksi dengan baik sampai umur ratusan tahun.
Sifat kelamin tanaman AG ini adalah kuat, artinya tidak bisa
diubah dengan cara perlakuan. Beda dengan pepaya, yang bisa diubah jenis
kelaminnya dengan beberapa cara; aplikasi hormon, misalnya.
Adapun kekurangan AG jika dikembangkan dari stek akar adalah
jumlah yang didapat hanya sedikit, mengingat pohon induk bisa mati jika akarnya
terlalu banyak yang dipotong dan diambil. Pohon yang dihasilkan juga akan mudah
tumbang karena tidak memiliki akar tunggang, dan umumnya akan mati pada umur
30-35 tahun. Selain itu, jumlah buah perpohonnya juga lebih sedikit, karena
postur tajuk pohon yang lebih kecil. Kelebihannya adalah, bibit yang ditanam
pasti betina, mengikut sifat indukannya, dan cepat berbuah (antara 5,5-6
tahun sesudah tanam).
Mengapa bibit AG asalan biji banyak jantannya? Karena
mengikuti sifat genetika kedua indukannya, yakni indukan betina yang
menghasilkan putik dan indukan jantan yang menghasilkan polen. Penyerbukan
umumnya terjadi lewat angin. Hanya sebagian kecil lewat serangga.
Menurut para ahli botani, tanaman keluarga Garnicia (manggis-manggisan) ini dapat menghasilkan biji betina jika diberikan perlakuan. Caranya adalah dengan membungkus bunganya yang belum mekar dengan kertas minyak (Apomixis).
Bungkusan dibiarkan sampai bunga mekar selama 2 minggu.
Karena tidak terjadinya penyerbukan dari pejantan (polen), maka semua biji yang
terbentuk akan menghasilkan tanaman betina. Patut dicatat bahwa tanaman AG
termasuk tanaman yang dapat menghasilkan biji subur meski tidak terjadi penyerbukan.
Namun sayang, cara ini kemudian juga menjadi kurang efektif,
karena bunga yang dibungkus itu banyak yang gugur. Hanya 17% yang bertahan
hingga menjadi buah tua. Biji yang terbentuk juga sedikit dan kecil-kecil.
Rata-rata dalam satu buah hanya terdapat 3 buah biji. Ketika dikecambahkan, persentase perkecambahannya juga rendah.
Kurang dari 20% berkecambah dalam waktu 1 bulan. Bandingkan dengan biji yang
berasal dari buah tanpa perlakuan yang bisa berkecambah sebanyak 90%.
Pembungkusan bunga dan putik juga berpengaruh terhadap bobot
buah. Bunga yang dibungkus tumbuh menjadi buah yang kecil-kecil hingga otomatis
bobotnya menjadi ringan. Hal ini makin menguatkan dugaan adanya peran polen
(tepung sari) dalam mempengaruhi dan memperbesar ukuran buah.
Sejauh ini, percobaan dengan menggunakan senyawa buatan yang
sama dengan senyawa yang terkandung di dalam polen menemui kegagalan. Bunga
yang dibungkus lalu diolesi dengan ‘polen’ buatan tadi tetap tumbuh menjadi
buah yang kerdil.
Adanya peran polen dalam memperbesar ukuran buah ini membuat
para ahli menganjurkan agar para pekebun AG tidak menebang semua pohon AG yang
hermaprodite, atau biasa disebut asam jantan. Satu pohon AG hermaprodite dapat
memenuhi kebutuhan 15 pohon AG betina akan polen. Artinya, minimal harus ada 17
batang pohon asam jantan dalam satu hektar
kebun AG.
Penulis sendiri pernah menguji teori ini, dan akhirnya
penulis setuju. Penulis mengamati, pohon AG betina yang tidak memiliki
pendamping berupa pohon AG hermaprodite, ukuran buahnya cenderung lebih kecil
dibandingkan dengan pohon AG betina yang memiliki pendamping di sekitarnya. Jumlah
butir buah pohon AG betina yang ‘jablay’ juga terpantau lebih sedikit dan
rentan gugur selagi masih putik.
Terbukti, asam gelugur saja butuh pasangan. Kalau Anda masih
single, ya mikir! Keh keh keh .....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar