Kebun dan penjemuran asam gelugur. Foto : Alfian Nasution
Harga tbs kelapa sawit sudah mulai membaik, setelah
sebelumnya sempat ‘meroket’ ke dasar palung samudera. Mirisnya, komoditas karet
nasibnya tak sebaik sawit. Saat ini harga karet sadap satu hari masih
terperosok pada kisaran Rp.4.500-Rp.5.500 per kilogram. Akibatnya, banyak
petani yang enggan menyadap pohon karetnya, karena hasil yang didapat lebih
kecil daripada gaji harian buruh lepas di tempat lain. Petani karet memilih
menelantarkan kebun karetnya, lalu mengadu nasib ke negeri seberang. Anak-anak
juga putus kuliah, karena ketiadaan biaya.
Pilu memang, tetapi itulah gambaran kondisi petani perkebunan di Indonesia.
Di tengah badai ekonomi dan puting beliung ketidak pedulian pemerintah ini, petani kita harus segera putar otak. Banting stir mencari lahan baru yang lebih menjanjikan. Mengembangkan komoditas lain yang pasarnya tidak diobok-obok para mafia berdasi yang dekat dengan sang Petruk.
Salah satu jenis tanaman yang sangat potensial untuk
dikembangkan adalah asam gelugur (Garcinia Atroviridis). Tanaman ini
diunggulkan karena merupakan tumbuhan endemik Nusantara, mudah dibudidayakan,
harga jual produknya tidak pernah turun, pasarnya terbuka lebar dan hasil uangnya
tergolong luar biasa banyak.
Buah asam gelugur yang sebutirnya sebesar kepala bayi itu
kini banyak dipakai sebagai bahan baku obat, kosmetik, bumbu dapur, dan bahan
dasar pembuatan minuman tinggi vitamin C. Selain buahnya, kini sudah
dikembangkan pula teh asam gelugur yang dibuat dari ekstrak daun asam gelugur.
Kayu pohon asam keluarga dekat mangis dan asam kandis ini juga tergolong kayu
kelas satu, sehinga harganya cukup mahal. Banyak dipakai orang untuk bahan
pembuatan lunas kapal kayu, karena sifat kayunya yang tahan air asin. Selain
itu, kayu asam gelugur juga sangat baik untuk dibuat kusen pada pembangunan
rumah dan perkantoran.
Kendala budidaya asam gelugur satu-satunya hanyalah masa
menungu produksi yang tergolong agak lama, antara lima hingga enam tahun. Namun
hal itu dapat direduksi dengan cara tanaman tumpang sari. Ada banyak tanaman
yang dapat ditumpangsarikan dengan tanaman asam gelugur. Diantaranya adalah
singkong, palawija, bumbu-bumbuan, pepaya, pisang, kopi ateng, lada perdu, dan
tanaman muda lainnya.
Setelah dewasa, satu batang tanaman asam gelugur yang
dirawat baik dapat menghasilkan buah asam segar seberat 400 kilogram setiap tahunnya,
yang artinya setara dengan uang sebanyak
2.400.000 rupiah. Jika dalam satu hektar ada 156 batang, silahkan hitung
sendiri berapa pendapatan yang bakal diraih.
Sudah saatnya petani Indonesia beralih kepada komoditi lain
yang jauh lebih menguntungkan. Terpaku pada bertanam sawit dan karet hanya akan
membuat petani kita menjadi bulan-bulanan para mafia komoditas. Seenak perutnya
kartel komoditi itu menentukan harga beli, sementara pemerintah tak kunjung
peduli.
A new hopeless from East itu harus kita sikapi dengan bijak, cepat dan
penuh semangat. Saat tak ada yang pedulikan petani karet, saat itulah masa yang
tepat buat kita untuk mengambil keputusan yang besar.
Perubahan itu kita juga yang lakukan.
Berhentilah berharap.
Segera kita beraksi. Masa depan anak cucu ada di hadapan kita. Mari kita
pertanggung jawabkan amanah Illahi itu dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar